Banyak orang masih bingung dengan istilah TPS (Tempat Penampungan Sementara) dan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir). Pertanyaan “Apa bedanya TPS dan TPA sampah?” sering muncul karena keduanya sama-sama berkaitan dengan pengelolaan sampah.
Padahal, fungsi dan perannya berbeda. Mengetahui perbedaan ini penting agar kita paham ke mana sampah kita dibawa setelah dibuang, serta bagaimana sistem pengelolaan sampah bekerja di Indonesia.
Apa Itu TPS Sampah?
Sebelum membahas perbedaannya, mari pahami dulu apa yang dimaksud dengan TPS.
Definisi TPS Sampah
TPS (Tempat Penampungan Sementara) adalah lokasi sementara untuk menampung sampah dari rumah tangga, sekolah, perkantoran, hingga pasar sebelum diangkut ke TPA. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), TPS biasanya berada di tingkat kelurahan atau desa agar mudah diakses masyarakat.
Fungsi Utama TPS
TPS melakukan beberapa fungsi penting dalam rantai pengelolaan sampah:
- Menampung sampah sementara sebelum diangkut ke TPA.
- Menyediakan lokasi pemilahan antara sampah organik, anorganik, dan B3.
- Mendukung bank sampah atau daur ulang tingkat lokal.
- Mengurangi jarak angkut karena masyarakat tidak langsung membuang ke TPA.
Menurut studi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 2021, keberadaan TPS membantu mengurangi biaya transportasi sampah hingga 30%, karena sampah terkumpul lebih dulu di satu titik sebelum masuk ke armada besar.
Apa Itu TPA Sampah?
Setelah memahami TPS, mari lihat peran TPA dalam sistem pengelolaan sampah.
Definisi TPA Sampah
TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) adalah lokasi khusus yang digunakan untuk mengolah dan menimbun sampah dalam jangka panjang. Berbeda dengan TPS yang hanya bersifat sementara, TPA berfungsi sebagai titik akhir perjalanan sampah.
Fungsi Utama TPA
TPA tidak sekadar tempat pembuangan, tapi juga lokasi pemrosesan. Beberapa fungsi utamanya:
- Menampung sampah dalam jumlah besar dari seluruh TPS.
- Mengolah sampah dengan metode sanitary landfill, open dumping, atau teknologi modern seperti insinerator.
- Mengurangi dampak lingkungan dengan sistem pengelolaan lindi (cairan sampah) dan gas metana.
- Mendukung daur ulang skala besar bila TPA dilengkapi fasilitas Material Recovery Facility (MRF).
Menurut laporan World Bank tahun 2022, Indonesia menghasilkan lebih dari 175.000 ton sampah per hari, dan mayoritas akhirnya ditangani di TPA.

Jadi, Apa Bedanya TPS dan TPA Sampah?
Pertanyaan inti ini menjadi kunci dalam memahami alur pengelolaan sampah.
Perbedaan Utama TPS dan TPA
- Fungsi
- TPS: Menampung sampah sementara.
- TPA: Mengolah dan menimbun sampah akhir.
- Lokasi
- TPS: Berada dekat permukiman atau fasilitas publik.
- TPA: Terletak jauh dari pemukiman, biasanya di area khusus dengan lahan luas.
- Waktu Penampungan
- TPS: Jangka pendek (1–2 hari).
- TPA: Jangka panjang (puluhan tahun).
- Volume Sampah
- TPS: Kapasitas terbatas.
- TPA: Menampung sampah dalam jumlah besar dari berbagai wilayah.
- Teknologi Pengelolaan
- TPS: Pemilahan sederhana, kadang ada bank sampah.
- TPA: Menggunakan sistem landfill, komposting, bahkan waste-to-energy.
Menurut penelitian Universitas Indonesia (2020), kombinasi efektif antara TPS dan TPA dapat menurunkan timbulan sampah yang tidak terkelola hingga 40% di kawasan perkotaan.
Mengapa TPS dan TPA Sama-Sama Penting?
Meskipun berbeda fungsi, keduanya saling melengkapi dalam sistem pengelolaan sampah nasional.
Pentingnya TPS
- Mempermudah masyarakat membuang sampah terdekat.
- Mengurangi beban logistik langsung ke TPA.
- Mendukung program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di tingkat lokal.
Pentingnya TPA
- Menjadi lokasi akhir pengolahan sampah.
- Menyediakan infrastruktur pengelolaan lindi dan gas metana.
- Mendukung target nasional pengurangan sampah 30% pada 2025 (KLHK).
Tanpa TPS, pengangkutan sampah akan kacau. Tanpa TPA, penanganan sampah bisa menyebabkan pencemaran lebih besar.
Bagaimana Kondisi TPS dan TPA di Indonesia Saat Ini?
Pengelolaan sampah di Indonesia masih menghadapi tantangan besar.
Kondisi TPS
Menurut data KLHK tahun 2023, jumlah TPS resmi di Indonesia masih belum merata. Banyak TPS yang belum menerapkan sistem pemilahan, sehingga sampah tercampur dan sulit didaur ulang.
Kondisi TPA
Sebanyak 80% TPA di Indonesia masih menggunakan sistem open dumping (pembuangan terbuka), padahal metode ini sudah dilarang karena menimbulkan pencemaran. Contoh kasus adalah TPA Leuwigajah di Cimahi yang longsor tahun 2005 dan menewaskan lebih dari 140 orang akibat akumulasi gas metana dan timbunan sampah.
Namun, beberapa kota besar mulai beralih ke sanitary landfill dan waste-to-energy, seperti TPA Bantargebang di Bekasi yang kini menghasilkan listrik dari gas metana.
Apa Solusi Agar TPS dan TPA Lebih Efektif?
Peningkatan kualitas TPS dan TPA menjadi kunci keberhasilan pengelolaan sampah nasional.
Solusi untuk TPS
- Edukasi masyarakat agar memilah sampah sejak rumah.
- Penyediaan fasilitas bank sampah di setiap TPS.
- Digitalisasi data TPS untuk memantau volume sampah.
Solusi untuk TPA
- Modernisasi sistem pengolahan (sanitary landfill, insinerator, waste-to-energy).
- Investasi dalam fasilitas daur ulang skala besar.
- Pengawasan ketat agar tidak terjadi pencemaran lindi dan gas metana.
Menurut Asian Development Bank (ADB, 2022), modernisasi TPA dapat mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 20% dari sektor sampah.
Kesimpulan
Perbedaan TPS dan TPA sampah terletak pada fungsi, lokasi, kapasitas, dan cara pengelolaannya. TPS menampung sampah sementara sebelum dibawa ke TPA, sedangkan TPA menjadi tempat pengolahan dan penimbunan akhir. Keduanya sama-sama penting dalam memastikan sampah tidak mencemari lingkungan.
Dengan sistem TPS yang baik dan TPA yang modern, Indonesia bisa mengurangi masalah sampah yang setiap hari terus bertambah. Pada akhirnya, perbedaan TPS dan TPA bukan sekadar istilah, melainkan fondasi penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.